Mungkin anda pernah mendengar kalimat yang dipopulerkan oleh Hipokrates seorang Filsuf dari Yunani : you are what you eat, kamu adalah apa yang kamu makan. Dengan begitu, sesungguhnya apapun yang kita makan mencerminkan seperti apa kita seharusnya, dan memahami apa tujuan kita makan juga merefleksikan apa jenis pangan sehat yang kita konsumsi.
Menurut DR. dr Tan Shot Yen, M.Hum, seorang pakar nutrisi, sesungguhnya tujuan manusia makan adalah untuk bertahan hidup. Tujuan ini yang tidak dipahami oleh banyak orang dengan pernyataan klise kalau ingin makan karena ingin sehat atau ingin kenyang. Ketika kita paham bahwa tujuan utama kita makan dan mengkonsumsi pangan tersebut adalah untuk bertahan hidup, disaat yang sama kita akan penuh kesadaran mengkonsumsi pangan sehat yang sesuai kebutuhan tubuh, bukan keinginan selera semata.
Pangan sehat merupakan makanan yang di konsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang dalam tubuh. Gizi seimbang dimaksud mampu mencukupi kebutuhan makro nutrien tubuh meliputi karbohidrat, protein dan lemak. Konsumsi pangan sehat sangat berkaitan dengan pola makan dan gaya hidup sehat itu sendiri. Kenapa? Karena ternyata banyak ragam penyakit tidak menular berkembang pesat disebabkan pola makan yang salah. Lantas, seperti apakah pangan sehat itu?
Menurut dr. Tan, jenis pangan gizi baik sehat itu adalah jenis makanan yang dikonsumsi dengan bentuk yang mirip dengan bentuk aslinya. Semakin dekat dengan bentuk asli di alam, semakin sehat! Kadang bisa dikonsumsi langsung secara segar, jika dibutuhkan dapat dimasak dengan tidak terlalu banyak proses. Jadi makanan sehat bukan sekedar bebas pengawet atau pewarna, bahkan semata mata bukan karena ada klaim organik, antioksidan, kaya serat bahkan no-sugar.
Salah satu yang sangat menghentakkan dari pernyataan Dr Tan adalah terkait jus/juice. Kita semua tahu selama ini juice dari buah-buahan sangat sehat sehingga dengan senang hati kita akan mengkonsumsinya untuk dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dalam tubuh. Jus juga menjadi lebih mudah dokonsumsi karena sudah dalam wadah gelas/botol. Tetapi ternyata mengkonsumsi jus kita mengingkari beberapa hal. Mengkhianiati ciptaan Tuhan memanfaatkan blender alami dari Tuhan bernama gigi 😁. Dan mengubah proses mencerna yang tadinya butuh 3-4 jam jika memakan buah asli, menjadi hanya beberapa menit karena sudah berubah tekstur. Ini akan menyebabka zat gula dari jus lebih cemat dicerna oleh dinding usus. Sungguh, karena dr Tan punya latar bekalang ilmu filsafat, segala yang disampaikan sangat masuk akal ya!
Lantas bagaimana konsumsi makanan atau pangan sehat yang dibutuhkan tubuh? Sesungguhnya panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementrian Kesehatan, adalah 50 % Buah dan sayur, 25 % Karbohidrat, dan 25 % Protein. Terlihat pada gambar di bawah ini.
Nah, tentu bertanya darimana mendapatkan seluruh kebutuhan sesuai porsi ideal diatas? Tidak perlu jauh jauh, semua pangan sehat itu artinya mudah dijangkau, pangan lokal yang sedari dahulu bisa kita temukan di pasar tradisional kita sangat bervariasi. Benar benar Mudah dan Murah!
Karbohidrat. Upayakan menghindari konsumsi beras putih berlebihan. Beras putih mengandung glikemik tinggi yang cepat menjadi gula darah. Sungguh banyak sumber karbohidrat lain, dan di Indonesia sendiri masih enggan mengakui kalau sayur dan buah juga bisa menjadi sumber karbohidrat. Jika sulit mengkonsumsi selain beras putih misalnya beras merah, bisa mencoba sumber karbohidrat lokal seperti ubi, kentang atau jagung.
Protein. Sumbernya banyak sekali, kacang-kacangan, tempe, telur, jamur, ikan dan seafood. Masaklah dengan enak dan AMAN. Menghindari minyak bukan berarti tidak bisa makan enak dan aman. Alternatif pepes, sop, soto, pesmol, bahkan kearifal lokal Minang memasak Pangek bisa jadi alternatif. Coba juga di bakar dan bungkus daun.
Buah dan Sayur. Tentu ini bukan sesuatu yang sulit bagi kita di Indonesia yang dianugerahi begitu banyak variasi buah dan sayuran lokal. Gak perlu buah impor untuk sehat kalau kita punya pepaya atau alpukat lokal.
Ingat ya Semakin dekat dengan bentuk asli di alam, minim proses yang merubah bentuk (apalagi menajdi produk pabrikan) dan seluruh sumber pangan diatas harus mudah dijangkau ya, dengan itu dia akan menjadi murah.
Akhirnya, dr Tan ingin mengingatkan kita bahwa mengkonsumsi pangan sehat adalah tentang kebiasaan. Dan membiasakan hal hal baik itu memang sulit. Selalu harus dipaksakan. Maka, maukah kita memulai memaksakan diri mengkonsumsi yang tubuh kita butuhkan, bukan yang lidah kita sukai? Bismillah.. kita coba yuk..
…
*Tulisan ini disarikan dari presentasi DR dr Tan Shot Yen, M Hum pada Temu Blogger Kesehatan di Padang, 22 Maret 2018.