Kepingan Puzzle untuk Masa Depan

f9222e7e-0db4-4e27-92b2-775ffc4be683

“Ibu, Ibuuuu…. apa artinya fatamorgana?” sambut anak saya Bariq yang saat itu berumur 7 tahun penuh semangat di suatu sore sepulang kerja. Saya sedang kelelahan setelah seharian beraktivitas dan bermaksud hendak langsung selonjoran sebentar melepas penat.

Saya tetiba terdiam, dengan sisa lelah ini rasanya mau saya bilang “aduh macam-macam saja yang kamu tanya sih? Ga tahu ibu lagi capek ya!” Ah, saya langsung tersadar, kalau ini saya yang dulu mungkin sudah dengan nada tinggi seperti khayalan saya barusanlah lah merespon anak saya dengan segala pertanyaan tak pernah hentinya.

Sambil menghela nafas sejenak, saya tersenyum : “waaah ada kata-kata baru ya nak, Bariq tahu dari mana?” tanya saya.

“ini Bu, Aiq baca dari koran hari ini Bu, tetapi Aiq tidak tahu artinya”, jawab anak saya si 7 tahun. Kami memang berlangganan koran harian di rumah yang setiap hari selalu menjadi aktivitas rutin anak saya membacanya.

“hmm.. bagaimana kalau kita coba cari di buku kamus waktu itu nak” kata saya seolah ingin segera melepas diri dari pertanyaan ini. Saya membelikan anak saya Kamus Bahasa Indonesia untuk Anak, sebagai salah satu antisipasi menjawab pertanyaannya seputar kosakata  baru dan melatihnya bisa mencari informasi sendiri. (Walau jujur ya, kadang pernah di masa saya mau gunakan Kamus ini juga sebagai kesempatan melepaskan dari berbagai pertanyaan ajaib soal makna dan arti kosakata baru hehe).

Eh, ternyataaa,, setelah di cek ke kamus dimaksud, kata fatamorgana tidak ada hei netijeeen!! Hahaha. Mungkin karena masuk ke kosakata yang lebih sulit untuk anak sekolah menengah kah? Entahlah, karena memang kebetuan Kamus yang saya ceritakan diatas masih untuk level sekolah dasar.

Karena itu, akhirnya saya coba merespon dengan teknik komunikasi yang saya dapatkan saat menjadi relawan keluarga kita, yaitu menerima dahulu perasaan anak sebagai bentuk empati saya, “waah Bariq pasti penasaran ya, sudah tidak sabar ingin tahu?” ungkap saya.

Sayapun melanjutkan merespon “ibu senang deh saat kamu selalu ingin tahu hal baru, tetapi ibu inginnya kamu sabar sebentar ya nak, kita bahas 15 menit lagi setelah ibu bersih-bersih”. Saya pun mencoba mengkomunikasikan kebutuhan diri saya untuk melepas penat dengan  menggunakan teknik komunikasi i-message.

Akhirnya, sore itu dilanjutkan dengan pencarian arti kata “fatamorgana”, mulai dari googling (yang ternyata artinya juga masih sulit dipahami oleh anak-anak), mencarikan contoh gambar dan menonton video di youtube terkait fatamorgana. Lalu kami pun membahas hal itu bersama-sama , berakhir saat dia mulai memahami konsep fatamorgana ini.

****

Beberapa hari dari kejadian diatas, karena saya akan menjadi fasilitator sesi berbagi cerita rangkul di kota saya, saya pun membaca ulang materi untuk sesi terkait Kurikulum Belajar Efektif. Salah satu materi terkait kecerdasan masa depan, membuat saya melakukan refleksi mendalam pada kejadian yang saya alami belakangan dengan Bariq yang semakin tumbuh besar dengan beragam pertanyaan kritis di kepalanya.

Keluarga Kita percaya bahwa ada kompetensi yang harus dimiliki anak di masa depan, sebagai bentuk kecerdasan yang terwujud dalam perubahan perilaku. Kecerdasan di masa depan bukanlah pada penilaian akademik ataupun capain prestasi dalam angka-angka, tetapi lebih esensial adalah mempraktikan kompetensi yang disebut 4 K : Kritis, Keamanan, Kolaborasi dan Kreativitas.

Saya pun tersadar, segala jenis pertanyaan yang selalu diajukan anak saya adalah bentuk keingintahuannya yang bisa menjadi momen saya perlahan mengasah 4K ini. Saat dia bertanya tentang hal baru yang dibaca atau didengarnya, sebagai orang tua saya bisa menumbuhkan sikap kritisnya dengan mengajak diskusi, memberikan penjelasan dan meluruskan informasi yang didapatnya.  Saya juga bisa mempraktikan keamanan, dengan mengajaknya mencari informasi bersama melalui gawai dan menjelaskan batas keamanan apa yang harus ia perhatikan. Begitupun terkait kreativitas dimana saya percaya merespon dengan baik dan penuh penjelasan terhadap begitu banyak pertanyaan yang menurut kita orang dewasa sepele namun sebenarnya sangat penting bagi anak, adalah momen berharga untuk tidak mematikan kreativitasnya. Begitupun kecerdasan terkait kolaborasi, secara tidak langsung momen diskusi dan mencari penjelasan pada banyak pertanyaan kritis anak, maka orang tua bisa mencari cara dengan berbagi peran dalam menemukan jawaban yang diharapkan, misalnya melalui proses pencarian di gawai tadi, ataupaun terhadap tantangan lain dalam proses pengasahan kompetensi anak nantinya.

***

Yang selalu bikin saya semangat dan saya selalu rasakan sebagai manfaat utama menjadi rangkul, yakni momen belajar sepanjang waktu dan menjadi punya tempat pegangan dalam mewujudkan tujuan pengasuhan. Mengelola sesi rangkul menjadi trigger untuk terus mengulang membaca dan mendengar materi-materi pengasuhan dari Keluarga Kita, dan bertemu sesama orang tua adalah kesempatan untuk belajar cara baru dalam menerima tanpa drama berbagai situasi dalam keluarga saya. Menjadi lebih sabar dan mengingat praktik-praktik dari setiap sesi adalah cara paling rasional yang sudah berhasil membantu saya dan banyak orang tua lain yang menjadi rangkul.

Setiap ingat impian tinggi soal proses maraton jangka panjang pengasuhan ini, saya selalu membayangkan bahwa kejadian kejadian kecil yang mungkin saya alami dengan setiap kejutannya dari interaksi dengan anak dan keluarga, adalah bagian dari kepingan puzzle yang sedang saya susun untuk masa depan anak dan keluarga saya. Mungkin akan lebih banyak usaha, barangkali akan butuh proses yang lebih. Namun saya percaya, bahwa memastikan kita menjadi orang tua yang selalu belajar sepanjang hayat, dan mengupayakan melatih anak kompetensi yang disiapkan untuk zaman nya nanti, adalah juga  perjuangan kita untuk melengkapi “puzzle masa depan” yang sedang disusun itu. Sehingga tidak ada tahapan perkembangan ataupun pengalaman hidup anak yang terlewatkan untuk menyiapkan kompetensinya di kehidupan masa mendatang.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s